DESCRIPTION

radarbanyuwangi.jawapos.com, "Penduduk Boleh Beragam, Namun Toleransi Tetap Terjaga di Bali van Java", 2023.



RADAR BANYUWANGI - Resmi menjadi bagian wilayah Kecamatan Blimbingsari sejak 9 Januari 2017, warga Desa Patoman berhasil mempertahankan kerukunan dalam keberagaman. Masyarakat desa yang dahulu masuk wilayah Kecamatan Rogojampi tersebut memang heterogen.


Namun, mereka selalu hidup rukun dan harmonis. Ya, Desa Patoman merupakan salah satu desa di Banyuwangi yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, seperti Oseng, Jawa, Bali, dan Madura.


Agama yang dianut pun beragam, antara lain Islam, Hindu, dan Kristen. Kepala Desa (Kades) Patoman Suwito membenarkan kondisi masyarakat di desa yang dia pimpin sangat heterogen. Namun, hal itu tidak menjadi kendala.


Sebaliknya, keberagaman tersebut justru menjadi modal berarti dalam memajukan desa tersebut. Salah satunya berkaitan dengan upaya optimalisasi potensi di sektor budaya. ”


Di bidang potensi budaya, yang mencolok adalah keberagaman suku dan agama,” ujarnya.


Karena harmonisasi antarumat dan masyarakat, Desa Patoman meraih penghargaan sebagai Desa Pancasila dam Kebangsaan.


Desa yang memiliki luas 334,8 hektare (ha) tersebut terdiri dari empat dusun, yakni Dusun Blibis, Dusun Patoman Barat, Dusun Patoman Tengah, dan Dusun Patoman Timur.


Dusun Patoman Barat ditinggali mayoritas oleh warga suku Jawa. Sedangkan masyarakat Dusun Patoman Tengah sebagian besar beragama Hindu yang berasal dari Bali. Sehingga, warga sekitar sering menyebut sebagai Kampung Bali (Patoman Bali van Java).


Sedangkan Dusun Patoman Timur ditinggali oleh suku Madura sehingga dikenal Kampung Madura atau sering disebut daerah Rowoan.


Tak hanya budaya, lanjut Suwito, Desa Patoman memiliki potensi alam yang cukup baik.Terutama di sektor pertanian dan perkebunan. Seperti padi, kelapa, buah naga, dan lainnya. ”Sawah di sini (Patoman) cuma sekitar 50 ha.


Selain itu, ada kelapa dan sebagian kecil buah naga yang ditanam di pekarangan rumah warga,” tutur pria berusia 58 tahun itu.


Potensi lainnya adalah ukiran kayu dan tas kulit. Sebelum pandemi Covid-19, produksi tas kulit sempat berkembang pesat. Namun, karena terdampak pandemi, maka produksi tas kulit turut berkurang.


”Sebelum pandemi Covid-19, perkembangan kerajinan tas kulit sangat pesat. Namun sempat ’tiarap’ sementara saat pandemi melanda. Kini masih berjalan, meski tidak sepesat sebelumnya,” imbuhnya.


Sementara itu, fokus Pemerintah Desa Patoman di tahun 2023 adalah mengemas kegiatan budaya di desa tersebut dengan lebih baik. Sehingga, kunjungan wisatawan semakin meningkat serta terus menjaga stabilitas sosial masyarakat.


”Dengan kondisi masyarakat yang tetap harmonis, saya yakin membuat pembangunan berjalan dengan baik,” tegasnya.


Pelaksana Tugas (Plt) Camat Blimbingsari Khoirul Anam mengakui keberagaman masyarakat di Desa Patoman. Baik dari segi budaya atau pun alam.


”Saling melengkapi antarsesama. Di saat agama Islam melaksanakan ibadah, maka pecalang ikut menjaga. Begitu pula sebaliknya dengan agama yang lain,” kata Anam.


Kepala Dusun Patoman Tengah Made Hardana mengatakan, kerukunan warga menjadi kunci daerahnya menjadi Kampung Pancasila. Setidaknya itu dibuktikan dengan berbagai acara yang dilakukan secara bersama-sama.


”Saling menjaga satu sama lain dan toleransi tinggi. Seperti ketika Hari Raya Nyepi, teman-teman agama lain menghormati,” pungkasnya.

META DATA

Kasus KBB
Tidak Diketahui
Solusi
Tidak Diketahui
Bentuk Solusi
Tidak Diketahui
Status KBB
Mendukung KBB
Data
Tautan
https://radarbanyuwangi.jawapos.com/sides-smart/75922002/penduduk-boleh-beragam-namun-toleransi-tetap-terjaga-di-bali-van-java
Komunitas Terdampak
Umat Lintas Agama di Kabupaten Banyuwangi