DESKRIPSI PERISTIWA

Pembantaian Komunitas Kristen Cigelam oleh DI/TII

Kehadiran Kampung Kristen Cigelam tak bisa dipisahkan dari keberadaan tokoh Sunda Kristen pertama yang dibaptis dan menerima Yesus Kristus, bernama Ibrahim Aniroen, atau yang juga dikenal dengan nama “Abah Kolot Bujang”. Dari penelusuran awal yang dilakukan pada tanggal 14 April 2023, Ronald Patrick dari Tim Dokumenter PEWARNA Indonesia mendapatkan informasi dari Koster Gereja Kristen Pasundan (GKP) Bakal Jemaat Cigelam, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, bernama Philipus Tetehuka.

Dari Philipus didapat informasi awal bahwa Abah Ibrahim Aniroen merupakan tokoh kebatinan yang dalam perjalanannya berjumpa dengan seorang penginjil di Cibarusah. Kemungkinan penginjil yang dimaksud merujuk kepada Frederik Lodewijk Anthing (1820-1883). Aniroen lalu dibaptis pada tahun 1887 (masih perlu dipastikan kembali sumber sejarahnya), ketika usianya sudah sepuh.

Dari keterangan Philipus didapat info bahwa perjalanan Kekristenan di Cigelam juga memiliki hubungan sejarah dengan murid Tunggul Wulung dari Banyutawa (Banyutowo), Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Philipus yang pernah melayani sebagai Penatua di GKP Bakal Jemaat Cigelam menuturkan bahwa Kekristenan di Cigelam memiliki hubungan langsung dengan komunitas Kristen yang ada di Kampung Sawah (Kota Bekasi), Gunung Putri (Kabupaten Bogor), Pangalengan (Kab. Bandung), Sukabumi (Kabupaten Sukabumi), dan Rangkasbitung (Kab. Lebak). Philipus merupakan generasi ketiga dari murid Ibrahim Aniroen yang menikah dengan pria asal Rangkasbitung.

Pendalaman terhadap sejarah Cigelam dilakukan kembali oleh Ronald pada 2 Mei 2023. Dari Philipus, Ronald mendapatkan informasi tentang keberadaan dari keturunan dari Abah Ibrahim Aniroen yang bertempat tinggal tidak jauh dari gedung GKP Bakal Jemaat Cigelam. Nasih Sairoen (71), merupakan cicit dari Ibrahim Aniroen.

Nasih bercerita bahwa Ibrahim Aniroen menikah dengan Sarah (Emak Sarah Kolot) dan dikaruniai 3 orang putri. Putri pertama yang bernama Merry kemudian menikah dengan seorang pria Sunda bermarga (fam) Sairoen. Sedangkan putri kedua (nama belum diketahui) menikah dengan pria Sunda bermarga Ace, dan yang ketiga (nama juga belum diketahui) menikah dengan pria Sunda bermarga Elia. Nasih yang lahir dan besar di Kampung Cigelam menuturkan, dirinya merupakan cucu dari putri pertama Ibrahim Aniroen (Merry Sairoen). Menurut penjelasan Nasih ketiga menantu Aniroen sudah menjadi pengikut Kristen sewaktu akan menikah, karena mereka merupakan murid dari Ibrahim Aniroen itu sendiri.

Pada 7 Mei 2023 Ronald mendapatkan informasi tambahan dari putri Nasih Sairoen bernama Nani Yuningsih. Nani Yuningsih menjelaskan bahwa ada cerita turun-temurun yang mengisahkan ketika Ibrahim Aniroen pergi ke Batavia dirinya pernah menjelma menjadi seekor burung dan hinggap di jendela sebuah gereja, di kawasan Meester Cornelis (kini Jatinegara, Jakarta Timur). Aniroen lalu terkesan dengan firman Tuhan yang disampaikan Pelayan Firman ketika itu, yang petikannya berbunyi "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh 6:35). Besar kemungkinan gereja yang didatangi Aniroen saat itu, kini adalah GPIB Koinonia, atau GKP Jatinegara. Peristiwa inilah yang semakin mendorong Ibrahim Aniroen untuk mengenal lebih dalam tentang ajaran Kristen.

Kisah Kelam Cigelam

Dijelaskan kembali oleh Nasih, pemuridan yang dilakukan oleh Abah Aniroen sangat sukses karena berhasil merangkul banyak jiwa untuk mengikut Kristus. Pendekatan yang dilakukan Aniroen lebih efektif ketimbang yang dilakukan oleh para penginjil non pribumi. Sebagai gambaran kesuksesan dari penginjilan yang dilakukan Abah Aniroen, keberadaan tentang Kampung Kristen di Cigelam sempat menghebohkan Negeri Belanda di masa itu. Abah Aniroen menjadi bahan pembicaraan di Negeri Belanda, karena dikenal sebagai sosok utama di komunitas Kristen Cigelam yang memiliki pengikut berjumlah ratusan Kepala Keluarga.

Dipaparkan oleh Pnt. Chelly, Bpk. Philipus, dan Bpk. Nasih dalam pertemuan dengan Ronald pada Minggu, 7 Mei 2023, Kampung Cigelam pernah dua kali mengalami masa kekerasan yakni pada tahun 1942 ketika Jepang mekakukan pendudukan di Indonesia, dan ketika DI/TII melakukan praktik perampasan di tempat itu.

Gerombolan DI/TII melakukan perusakan terhadap rumah masyarakat Kristen dan Pos Perkabaran Injil warisan Ibrahim Aniroen, yang berada di Kampung Cigelam. Pos PI tersebut dibakar dan dihancurkan hingga tidak tersisa (keterangan waktu pastinya belum diketahui, kemungkinan periode 1949-1950-an). Peristiwa itu juga memakan banyak korban jiwa dan menyebabkan banyak penghuni kampung lari ke Kampung Sawah dan ke sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat.

“Kondisinya ketika itu kalau penghuni kampung tidak setuju dengan ajaran DI/TII langsung digarong (rampok) harta bendanya dan dibunuh,” kata Nasih Sairoen.

Selain Pos PI, gerombolan DI/TII juga menghancurkan sebuah rumah sakit Kristen yang ada di Cigelam dan membantai semua tenaga medis yang ada. Mayat dari korban pembantaian dibuang begitu saja ke sebuah kali dan sumur yang berlokasi tidak jauh dari rumah sakit.
Saat ini lokasi bekas rumah sakit yang menyimpan cerita kelam tersebut berada di halaman samping dan belakang dari bangunan GKP Bakal Jemaat Cigelam.

“Ceritanya Pos PI dibakar, lalu pindah ke sana, ke dekat Sekolah. Nah karena di sana tempatnya sempit, cuma 500 meter persegi, akhirnya (pindah) di sini. Di sini dulu kan ada peninggalan Belanda, rumah sakit dari Meester Anthing. Yang megang (memimpin) rumah sakitnya pendeta, kalau tidak salah nama pendetanya Habil Ace,” ujar Nasih.

META DATA PERISTIWA

Kasus KBB
Tidak Diketahui
Solusi
Bentuk Solusi
Tidak Diketahui
Status KBB
Menghambat KBB
Data
Tautan
Komunitas Terdampak
Jemaat GKP Cigelam